fip.unesa.ac.id SURABAYA — Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (FIP UNESA) menjalin kerja sama melalui program Lecture Exchange bersama Thaksin University, Thailand yang dimulai pada Rabu, 16 April sampai Rabu, 30 April 2025. Kegiatan pembukaan ini bertempat di gedung O1 lantai 2, yang menghadirkan Miss Nureeman Jehyeh dari Faculty of Education, Thaksin University sebagai dosen tamu. Acara yang berlangsung hangat ini dihadiri oleh para dosen, mahasiswa program doktoral, serta delegasi mahasiswa dari lingkungan FIP UNESA.
Dekan FIP UNESA, Prof. Dr. Muhammad Nursalim, M.Si., secara resmi membuka acara dengan menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kunjungan akademik tersebut. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antar lembaga pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan secara global. “Saya berharap bahwa kehadiran Miss Nureeman dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa dan seluruh peserta yang hadir, serta membawa UNESA satu langkah di depan,” ujarnya.
Dalam sesi kuliah tamu, Miss Nureeman menyampaikan paparan mengenai sistem pendidikan di Thailand. Ia memperkenalkan Fakultas Pendidikan Universitas Thaksin yang menjadi pelopor pertama fakultas di Thaksin University, yang berdiri pada tahun 1968. Masuk ke dalam materi sistem pendidikan di Negara Lumbung Padi tersebut, Miss Nureeman memperlihatkan bagaimana struktur jenjang pendidikan di Thailand yang hampir sama dengan Indonesia, terdiri dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga perguruan tinggi. Namun yang membedakan adalah terdapat Vocational Education yang mirip seperti jenjang SMK/Vokasi di Indonesia yang berfokus pada pengembangan teknik kemampuan di lapangan.
Thailand saat ini mengimplementasikan Basic Education Core Curriculum B.E. 2551 (2008) yang berfokus pada pengembangan holistik , fisik, intelektual, moral, dan kewarganegaraan, serta menjadi kerangka dasar manajemen pendidikan dasar. Meskipun kurikulum yang digunakan telah berjalan sejak 2008, Miss Nureeman mengakui bahwa beberapa tantangan muncul, khususnya terkait ketidaksesuaian dengan perubahan global yang cepat. Oleh karena itu, terdapat wacana untuk mengadopsi kurikulum berbasis kompetensi (Competency-Based Curriculum).
Saat ditanya tentang harapannya terhadap pendidikan di masa depan, ia menekankan pentingnya sistem pembelajaran yang fleksibel dan berpusat pada siswa. “Saat ini siswa lebih membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekedar pengetahuan. Mereka membutuhkan kemampuan seperti berpikir kritis, kreatifitas, literasi digital dan pemecahan masalah yang baik. Jadi kita perlu membangun kurikulum yang berfokus pada bagaimana kita menjalankan hidup yang sesungguhnya. Lebih daripada itu, menata masa depan siswa lebih layak disebut prioritas daripada hanya memprioritaskan pengerjaan ujian” ujarnya. Dari sini ia berharap ada lebih banyak investasi untuk pengembangan guru, serta kerja sama internasional yang terus tumbuh demi inovasi dan kemajuan bersama.
Di akhir sesi, ia membagikan kesan dan pesannya terhadap kegiatan Lecture Exchange Program ini. Ia mengaku sangat terkesan dengan antusiasme para mahasiswa UNESA yang aktif dan kritis selama sesi diskusi berlangsung. Ia pun menyampaikan pesan untuk seluruh mahasiswa dan civitas akademika UNESA, “Pesan saya kepada para mahasiswa adalah teruslah belajar, teruslah bertanya, dan teruslah bekerja untuk menjadikan pendidikan lebih bermakna dan inklusif. Program seperti ini benar-benar membantu para pendidik untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang apa yang mereka pelajari, dan saya berharap dapat melihat kelompok pelajar yang mempunyai semangat bersama membangun pendidikan seperti ini di masa depan nanti.” pungkasnya.
Penulis: Zahira Auliya Soekandar (PGSD)
Dokumentasi: Aidatuz (TP) & Davina (MP)